Thursday, July 2, 2020

Mencoba Menulis ke 28 Mengolah Kopi

Mencoba  Menulis ke 28
Mengolah Kopi

                                                          


 Salam sejahtera teman-teman,pada suka ngopi kan? Kita simak ya.....
Selain sebagai penghasil sayur mayur terbesar di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong juga terkanal dengan hasil kopinya.panen kopi yang  tak pernah putus  seperti pada syair lagu Ciptaan Bapak Edy Musa, Kawo pairaman raman coade perneah mutus yang artinya Kopi, padi,sayur-sayuran tidak pernah putus.Itulah yang  menjadi kebanggaan daerah Rejang Rejang Lebong ini. Penulis merasa bangga menjadi penduduk Rejang lebong.

Maka tak heran hampir seluruh masyarakat Kabupaten Rejang Lebong memiliki hasil panen kopi terutama di desa-desa.Bahkan di sepanjang  kanan kiri jalan menuju ke daerah Lebong,Lubuk Linggau  dan Kepahiang  terlihat  nyaris di  setiap rumah penduduk terlihat hamparan kopi yang dikeringkan secara alami.Sungguh menambah indahnya halaman rumah mereka.

Setiap harinya para penduduk selalu mengeringkan/menjemur hasil panen di depan rumah mereka,dengan penuh sukacita. Dampak corona yang melanda tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk memanen hasil kebun dan mengeringkannya, bahkan dampaknya pun tidak begitu terasa bagi mereka.

Seperti di tempat tinggal penulis ini, di pinggir jalan terlihat kopi yang sedang dikeringkan,mulai dari yang berwarna merah bercampur hijau sampai pada yang berwarna hitam. Bahkan ada pula kopi yang siap diolah menjadi kopi bubuk. Lebih kurang satu dua jam mereka selalu membolak balik kopi itu supaya kering dengan merata. Panas terik tak dihiraukan,dengan semangat mereka melakukannya.
Sama halnya dengan tetangga sebelah rumah penulis ini, terlihat hamparan kopi yang dikeringkan di bawah terik matahari langsung, memenuhi hampir seluruh jalan di lorong ini.

Penulis bukan asli penduduk Rejang Lebong,penulis adalah perantau dari daerah seberang. Tapi bukan berarti tidak mengenal daerah ini, bahkan jiwa penulis sudah melekat dan  menyatu dengan  mayarakat di daerah ini.

Rasa cinta terhadap daerah ini  ditunjukan oleh penulis dengan mempelajari bahasa daerah Rejang Lebong  juga lagu-lagunya,bahkan penulis pernah membimbing siswa dalam Festival Lomba Seni Tingkat Nasional yang waktu itu dipusatkan di Palembang Sumatera Selatan. Tidak semua perantau dapat mengerti  dengan mudah  belajar bahasa daerah ini termasuk huruf Rejangnya yaitu huruf Ka Ga Nga.

Namun penulis dapat menguasai bahasa di daerah ini meski tidak terlalu sempurna. Setidak-tidaknya mengerti apa yang dibicarakan orang. Seperti ada peribahasa, di mana bumi dipijak di situlah langit dijunjung.Penulis swlalu berusaha untuk menyesuaikan diri.

Hari ini penulis mengolah kopi menjadi bubuk yang siap di konsumsi.Kopi diperoleh dari tetengga yang sudah mengolah kopi itumenjadi kopi yang siap diolah menjadi bubuk.Penulis membeli sedikit kopi itu dan mulai mengolahnya.

Mengolah kopi agar menjadi bubuk siap pakai tidaklah sulit. Cukup digongseng sampai kopi menjadi hitam. Saat digongseng kopi itu aroma sedapnya sampai ke mana-mana. Itulah yang sering menbuat penulis sering mengolah kopi itu sendiri.

Selain harganya lebih murah dapat menjadi pengalaman dalam hal mengolah kopi. Terkadang ada beberapa teman yang order 1 atau 2 kg untuk oleh-oleh ketika akan pulang kampung.
Wah, kalau banyak  yang order lumayan sih,  bisa untuk tambah-tambah modal pulang kampung juga. Hehehe... tapi tidak, pada umumnya mereka mengolah sendiri juga.Oh ya, pulang kampungnya  tidak sekarang, masih harus menunggu corona ini berlalu.

Bagaimana teman-teman ada yang ingin pulang kampung juga? Sabar ya, salam sehat selalu.
Dari Lusia Wijiatun  blogger pemula, jangan lupa bahagia ya.(2062020)

2 comments: