Mencoba Menulis ke 28
Mengolah Kopi
Salam sejahtera teman-teman,pada suka ngopi kan? Kita simak ya.....
Selain sebagai penghasil sayur
mayur terbesar di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong juga terkanal dengan
hasil kopinya.panen kopi yang tak pernah
putus seperti pada syair lagu Ciptaan
Bapak Edy Musa, Kawo pairaman raman coade perneah mutus yang artinya Kopi,
padi,sayur-sayuran tidak pernah putus.Itulah yang menjadi kebanggaan daerah Rejang Rejang
Lebong ini. Penulis merasa bangga menjadi penduduk Rejang lebong.
Maka tak heran hampir seluruh
masyarakat Kabupaten Rejang Lebong memiliki hasil panen kopi terutama di
desa-desa.Bahkan di sepanjang kanan kiri
jalan menuju ke daerah Lebong,Lubuk Linggau
dan Kepahiang terlihat nyaris di
setiap rumah penduduk terlihat hamparan kopi yang dikeringkan secara alami.Sungguh
menambah indahnya halaman rumah mereka.
Setiap harinya para penduduk selalu
mengeringkan/menjemur hasil panen di depan rumah mereka,dengan penuh sukacita.
Dampak corona yang melanda tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk memanen
hasil kebun dan mengeringkannya, bahkan dampaknya pun tidak begitu terasa bagi mereka.
Seperti di tempat tinggal penulis
ini, di pinggir jalan terlihat kopi yang sedang dikeringkan,mulai dari yang
berwarna merah bercampur hijau sampai pada yang berwarna hitam. Bahkan ada pula
kopi yang siap diolah menjadi kopi bubuk. Lebih kurang satu dua jam mereka
selalu membolak balik kopi itu supaya kering dengan merata. Panas terik tak
dihiraukan,dengan semangat mereka melakukannya.
Sama halnya dengan tetangga
sebelah rumah penulis ini, terlihat hamparan kopi yang dikeringkan di bawah
terik matahari langsung, memenuhi hampir seluruh jalan di lorong ini.
Penulis bukan asli penduduk
Rejang Lebong,penulis adalah perantau dari daerah seberang. Tapi bukan berarti
tidak mengenal daerah ini, bahkan jiwa penulis sudah melekat dan menyatu dengan
mayarakat di daerah ini.
Rasa cinta terhadap daerah
ini ditunjukan oleh penulis dengan mempelajari
bahasa daerah Rejang Lebong juga
lagu-lagunya,bahkan penulis pernah membimbing siswa dalam Festival Lomba Seni
Tingkat Nasional yang waktu itu dipusatkan di Palembang Sumatera Selatan. Tidak
semua perantau dapat mengerti dengan
mudah belajar bahasa daerah ini termasuk
huruf Rejangnya yaitu huruf Ka Ga Nga.
Namun penulis dapat menguasai
bahasa di daerah ini meski tidak terlalu sempurna. Setidak-tidaknya mengerti
apa yang dibicarakan orang. Seperti ada peribahasa, di mana bumi dipijak di situlah
langit dijunjung.Penulis swlalu berusaha untuk menyesuaikan diri.
Hari ini penulis mengolah kopi
menjadi bubuk yang siap di konsumsi.Kopi diperoleh dari tetengga yang sudah
mengolah kopi itumenjadi kopi yang siap diolah menjadi bubuk.Penulis membeli
sedikit kopi itu dan mulai mengolahnya.
Mengolah kopi agar menjadi bubuk
siap pakai tidaklah sulit. Cukup digongseng sampai kopi menjadi hitam. Saat digongseng
kopi itu aroma sedapnya sampai ke mana-mana. Itulah yang sering menbuat penulis
sering mengolah kopi itu sendiri.
Selain harganya lebih murah dapat
menjadi pengalaman dalam hal mengolah kopi. Terkadang ada beberapa teman yang
order 1 atau 2 kg untuk oleh-oleh ketika akan pulang kampung.
Wah, kalau banyak yang order lumayan sih, bisa untuk tambah-tambah modal pulang kampung
juga. Hehehe... tapi tidak, pada umumnya mereka mengolah sendiri juga.Oh ya,
pulang kampungnya tidak sekarang, masih
harus menunggu corona ini berlalu.
Bagaimana teman-teman ada yang
ingin pulang kampung juga? Sabar ya, salam sehat selalu.
Dari Lusia Wijiatun blogger pemula, jangan lupa bahagia
ya.(2062020)
Mantul dingin2 jangan minum kopi. Ngopi ya RED KOFFIE
ReplyDeleteI love coffee...best drink...
ReplyDelete