Sunday, March 21, 2021

Rumah Tua

 

Rumah Tua

Oleh Lusia Wijiatun

                                                       

Hari ini, ada yang bersih-bersih di rumah tua, sejak tadi terdengar krusak-krusuk sesekali terdengar suara arit mengenai batu, klentang-klenting. Terlihat dua orang sibuk membersihankan   halaman kecil di rumah tua itu. Mereka adalah Bu Widi dan suaminya.

Rencananya pulang dari gereja besok mereka akan membersihkan halaman rumah tua itu. Karena beberapa hari yang lalu suami bu Widi sudah melakukan penyemprotan agar rumput yang tumbuh subur itu mati.Namun, tiba-tiba timbul niat dihati mereka untuk mengerjakannya hari itu juga. Apalagi saat lewat di depan rumah tua itu rumput sudah terlihat kering, dan beranegaragam sampah pun berserakan di depan, samping kiri dan kanan rumah itu.

                

Sebelum

Wah, siapa ya yang sering buang sampah di rumah tua itu? Kok tega ya, padahal kita dihimbau untuk selalu menjaga kebersihan dan jangan membuang sampah sembarangan. Yah, sudahlah tidak  apa-apa tidak usah memikirkan siapa yang membuang,semoga setelah dibersihkan nanti tidak ada lagi yang membuang sampah di depan rumah tua itu.

Kegiatan bersih- bersih dimulai dari samping kanan, sampah yang terdiri dari, botol minuman, gelas minuman, pembungkus makanan kecil, plastik bening, plastik hitam, bungkus rinso, bungkus sunglith,bungkus daiaa, bungkus kecap, bungkus mi instan, bungkus susu sasetan, bungkus kecap dan lain-lain. Wahh,.. lengkaplah.

Satu persatu diambil oleh bu Widi, dikumpulkan dalam satu tempat lalu diangat  ke depan.  Setelah semua dikumpulkan, suami Bu Widi segera menyulut plastik satu demi satu dan mulai membakarnya.

                 

Sesudah

Sejak Bu Widi  menikah, ia tidak lagi tinggal di rumah   tua itu , begitu juga adik dan kakak-kakaknya tidak ada yang menempati rumah itu.  Hampir semua saudara Bu Widi berada di luar kota, hanya Bu Widi dan kakak tertuanya saja yang berdomisili di kota ini. Apalagi semenjak ibunya meninggal tidak ada lagi yang tinggal di rumah tua itu, rumah tua itu sekarang kosong.

Setahun yang lalu masih ada yang tinggal di rumah itu,yaitu keponakan Bu Widi. Namun setelah mendapat rumah dinas dari kantornya, keponakannya memilih tinggal di rumah dinas. Maka sejak itu rumah tua menjadi kosong. Bu Widi pun terkadang tidak sempat untuk membersihkan setiap hari, paling seminggu sekali, bahkan satu bulan ini ia tidak sempat membersihkannya. Maka tidak heran kalau terlihat sangat kotor.

Namun bukan berarti tempat membuang sampah ya kan?  Sambil duduk melihat sampah yang sudah habis dilalap api, Bu Widi merenung sejenak.

Bu Widi teringat akan kenangan semasa di rumah tua ini. Sejak kecil dia sudah menjadi penghuni rumah ini. Mulai dari ketika rumah ini berbentuk gubuk beratap rumbia, lalu berganti dengan seng. Kemudian dibangun oleh ayahnya menjadi gedung semi permanen yang dirancang sendiri oleh ayahnya. Dan dikerjakan sendiri oleh  kedua kakaknya yang saat ini sudah pindah keluar kota.

Saat ia belajar bersama teman-temannya, yang ketika itu belum ada listrik. Lampu teplok dan lampu senthir yang selalu menemaninya saat belajar. Tekadang hidungnya terkena angus dari lampu senthir itu. Tapi tidak menyurutkan hati dan niatnya untuk belajar.

Alangkah senangnya ketika ayahnya membeli lampu petromaks, lampu yang hebat pada waktu itu. Dengan adanya lampu petromak  ia semakin rajin belajar,walau kemampuan bu Widi saat itu hanya pas-pas saja. Pas mengerjakan soal bisa, pas ada PR  bisa, pas ulangan juga bisa. Puji  Tuhan, pas kenaikan dan kelulusan juga pas naik atau lulus.

Di rumah tua itulah ia menghabiskan masa kecil dan masa remajanya. Bu Widi tergolong anak yang baik,ia selalu membantu ibunya sepulang dari sekolah. Ketika masih SD ia selalu membantu mengasuh kedua adiknya.  Seiring berjalannya waktu, kedua adiknyapun semakin besar dang sudah masuk sekolah. Bu Widi membantu krang tuanya untuk menyiapkan dagangan yang akan dijual esoknya. Misalnya sepulang sekolah ia harus membantu memetik cabe yang akan dibawa ke penggilingan cabe, kemudian memetik bawang yang dibeli oleh ibunya berupa gumpalan-gumpalan. Sorenya dilanjutkan mengupas kentang untuk dijual juga sebagai kentang yang sudah dikupas bersih.

 Demikianlah kenangan masa kecilnya di rumah tua itu, kini semua tinggal kenangan, rumah tua itu dibersihannya, agar terlihat bersih dan rapi. Mungkin ada yang berminat mau menyewa rumah itu atau mau membelinya. Bu Widi juga siap, karena semua saudara-saudaranyapun sudah setuju apabila rumah tua itu dijual saja. Karena memang tidak ada lagi yang mau tinggal di rumah itu. Masing-masing saudaranya sudah mempunyai rumah sendiri. Hanya si bungsu saja yang belum punya. Namun si bungsupun tidak akan pulang ke kota itu lagi, karena mungkin akan pulang ke kota asal suaminya.

Saat ini hanya Bu Widi dan kakaknya yang paling tua yang masih berdomisili di kota itu. Memurut rencanaya Bu Widi pun akan meninggalkan kota itu setelah pensiun nanti.Ia harus ikut suaminya untuk pulang ke kampung suaminya juga. Suaminya tinggal menunggu masa pensiunnya saja.   Semoga ada yang berminat membeli rumah tua itu.

Salam Literasi

Salam Sehat dan Bahagia

Lusia Wijiatun

20 Maret 2021.

12 comments:

  1. Yang namanya kenangan masa lalu, memang indah untuk dikenang. Tapi, seindah-indahnya kenangan, itu sudah tidak bisa dikembalikan lagi. Apalagi menyangkut benda-benda semacam rumah. Jadi, solusinya memang menjual rumah itu saja, agar lebih bermanfaat untuk orang lain juga.

    ReplyDelete
  2. Tapi sayang juga rumah kenangan harus dijual. Namun ga diisi pun sayang juga hehe nanti habis dimakan rayap.

    ReplyDelete
  3. Kenangan itu ada dalam hati dan letaknya dalam ingatan.
    Semoga rumahnya segera laris manis ya Bu dan bermanfaat bagi yang lainnya :)

    ReplyDelete
  4. Wah rumah kenangannya mau dijual. Sayang ya? Tapi pilihan yang baik daripada rusak tak dihuni.

    ReplyDelete
  5. Rumah tua menyimpan banyak kenangan yang sulit dilupakan

    ReplyDelete
  6. Banyak kenangan tertinggal di rumah tua, pasti sulit untuk melupakannya

    ReplyDelete
  7. Pasti sangat berat mengambil keputusannya, tapi daripada rumahnya di jadikan tempat sampah, ya lebih baik di jual saja.

    ReplyDelete
  8. Kenangan itu selalu indah jika diingat-ingat kembali..
    Apalagi bisa dijadikan sebuah tulisan yang akan menjadi kenangan suatu saat nanti

    ReplyDelete