Wednesday, June 10, 2020

BERBAGI PENGALAMAN MENERBITKAN BUKU

BERBAGI PENGALAMAN MENERBITKAN BUKU
 Nara Sumber :Agung  Pardini
RABU,10 JUNI 2020
Pukul 19.00-21.00



Sesuai dengan jadwal yang sudah disampaikan beberapa hari yang lalu belajar menulis  malam ini dibawakan oleh Bapak Agung Pardini.
Agung Pardini yang lebih akrap dipanggil Guru Agung,lahir pada tanggal 28 Jumaddil Awwal 1401 Hijriah.

 Menjadi guru  Sejarah  dan IPS  adalah bentuk cintanya yang sangat besar terhadap kisah kepahlawanan.Beliau menjadi guru Sejarah pada tahun 2001. Beliau sempat mengajar selama delapan tahun di SMP dan SMA ,Bimbingan Belajar, Program Pengayaan Ujian, hingga Pembelajaran Paket Non- Formal ( PKBM).

Saat ini beliau bertugas dan ahtif di  lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk mengelola zakat, Infaq dan Sadaqoh agar disalurkan menjadi program pemberdayaan pendidikan untuk melatih ribuan guru yang mengabdi di sekolah-sekolah marjinal di berbagai wilayah Indonesia.

Selain itu Guru Agung diberi beragam amanah untuk merancang program-program inovatif di bidang pendidikan yang berhasil menjangkau 34 propinsi. Kurang lebih 13 program  yang sudah  dilaksanakan di 30 provinsi.

Diantara kesibukan yang membuat kariernya semakin meningkat  dan sukses, beliau juga menulis Artikel, dan menulis Buku. Ada 4 artikel yang sudah terbit, sedang buku yang sudah terbit sebanyak 6 buku. Di samping itu beliau juga sebagai pembicara/nara sumber di berbagai seminar. Dan sebagai pemateri pelatihan guru.

Malam ini beliau menyempatkan diri untuk  share pengalamanya tentang menerbitkan buku.
Pada awal materinya Guru Agung menjelaskan tentang kerjanya di Dompet Dhuafa.  Adapun salah satu program Dompet Dhuafa  sejak tahun 2009 adalah SGI(Sekolah Guru Indonesia). Berikut ini adalah web-nya www.sekolahguruindonesia.net dan  http://www.sekolahguruindonesia.net/era-kepemimpinan-guru/

Berdasarkan pengalamannya bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa. Kita terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang mengabdi di daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya.

Di tengah keterbatasan kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini memiliki tantangan sendiri buat para guru-guru di sana. Namun masih ada beberapa kendala yaitu:

1. Gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang dimaknai secara berbeda di daerah.

2. Penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office

3. Listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.

4.Ejaan yang (belum) disempurnakan

Untuk mengatasi kendala ini, Salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif.
Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan akan melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun.
Bukanlah sesuatu yang mudah untuk tugas ini, sangat dibtuhkan kesabaran dari para relawan.

Dompet Dhuafa sendiri dibangun oleh para jurnalis senior Republika di era-era awal. Sehingga setiap program yang kami kerjakan buat pemberdayaan guru di daerah harus memiliki produk buku atau tulisan.
Ada beberapa ragam jenis kegiatan menulis dan berkarya yang biasa kita berikan kepada guru-guru di pelosok.

Outputnya tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK, jurnal, media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya. Contoh buku kumpulan tulisan dari para guru terkait dengan inovasi pembelajaran yang di hasilkan, baik dalam bentuk inovasi metode ataupun media.Ini murni diangkat dari  pengalaman-pengalaman mereka.

Dalam mencetak dan menerbitkan buku semua dibiyai oleh donasi zakat yang dikelola Dompet Dhuafa.


Buku-buku  yang dicetak  tidak diperjual belikan. Namun akan dibagikan secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan.

Ahamdulillah buku-buku ini dapat memberi manfaat dan masukan bagi inovasi pembelajaran di daerah lain. Beliaupunya genre buku-buku yang lain. Sifatnya adalah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru-guru di daerah pelosok.
                   

Dua buku bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri. Di Kepulauan,di hutan,pegunungan bahkan di pelosok kampung.
Pernah ada guru muda kami yang meninggal dalam tugas di penempatan.

Dan saat sebelum meninggal, beliau sempat menulis pada buku di atas (warna coklat).
 Nama guru yang meninggal diabadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru terbaik SGI. Yaitu Jamilah Sampara Award

                                                       


Hampir semua buku-buku yang kami terbitkan adalah antologi, nulis bareng-bareng.

Menurut Guru Agung  ada  cara mengajarkan guru-guru  menulis yaitu,

Cara yang unik,menulis "Jurnal Perjalanan Guru"
Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI.
Setiap malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama di siang hari. Modelnya bisa macam-macam. Ada yang curhat, sampai ada yang membahas suatu teori kependidikan dan kepemimpinan.

Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan, semua jurnal tadi dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi. Jurnal mini dijadikann semacam refleksi dan evaluasi.
mirip sekali dengan kebiasaan menulisnya Om Guru Wijaya Kusuma, yang senang menulis cerita harian di group ini.

Melalui jurnal ini, kita pun para pengelola dan dosen jadi tahu tentang perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati.Jika ada perasaan hati yang negatif, kita bisa langsung coaching atau konseling. Cerita  menjadi ber macam-macam, ada yang rindu keluarga, ada yang sakit hati.

Kebiasaan menulis jurnal harian ini, Guru jadi terlatih buat menulis, Namun ini tentu tidaklah cukup, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca.Kalau tidak banyak baca, ya gak bakal banyak menulis.

 Menulis disertai membaca adalah melatih kepekaan literasi,Maka diadakan bedah buku rutin. Ada yang harian, ada yang pekanan.
Dalam proses pembinaan guru di SGI, setiap pagi kita ada apel.
 Ada yang bertugas sebagai pembina apel (bergantian), dialah yang akan memberi kajian bedah buku.
 Dalam acara bedah buku tidak perlu yang berat-berat,bisa novel,


Dua buku bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri.

Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan para guru, setelah apel biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi".
Yakni memberi motivasi secara bergantian, dengan menggunakan kata-kata yang dinukil dari para tokoh.Ini efektif juga buat meningkatkan kepekaan literasi buat para guru.
Guru Agung sangat percaya bahwa menulis buat para guru adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri.

Pada akhir  penjelasannya Guru Agung menambahkan contoh beberapa buku yang sudah diterbitkan. Antara lain buku yang ditulis bersama Tim Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa  yang berisi kumpulan tulisan  tentang cara-cara pengelolaan  sekolah secara efektif dan efisien. Dan dua buku lainnya. 

1 comment:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    ReplyDelete